وأما الذين فى قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وبتغاءتأويله وما يعلم تأويله إلا الله والراسخون فى العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولوا الألباب
Adapun orang-orang yang dalam hatinya conrong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya mereka berkata "kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semua itu dari sisi Allah, Tuhan kami ". Dan tidak mengambil pelajaran (darinya) kecuali orang-orang yang berakal.
Lanjutan surat Ali Imran ayat 7.
وأما الذين فى قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة
Dan adapun orang-orang yang hatinya condrong kepada kesesatan maka mereka mengikuti sebagian ayat mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah.
Dan adapun orang-orang yang dalam hatinya conrong jauh dari kebenaran, menuju kepada hawa nafsu yang bathil /sesat, mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat, maka mereka mengartikan ayat mutasyabihat secara arti Johor saja, sehingga menimbulkan fitnah dalam agama yaitu kesesatan. Maka suatu saat akan terjadi sebagian mereka dengan sebagian yang lain akan terjadi perbedaan pandangan sehingga menimbulkan keributan, perpecahan bahkan pertikaian.
و ابتغاء تأويله
Dan untuk mencari-cari takwilnya
Mereka mencari-cari takwilnya ayat mutasyabihat yang tidak terdapat dalam kitab Allah sebagai dalil dan juga bukan penjelasan dari kitab Allah.
Pengarang kitab ini yaitu Syekh Nawani Al Jawi, membagi kepada tiga bagian orang yang bisa dipertanggung jawabkan dalam mentakwil ayat mutasyabihat :
1. Pentakwil menetapkan makna Johir ayat mutasyabihat dengan menggunakan dalil akal, dengan demikian dalil akal sebagai hukum yang dibenarkan
2. Pentakwil menetapkan menggunaan dalil qat'i dalam mentakwil ayat mutasyabihat, dengan demikian dalil qat'i sebagai pemutus hukum dan bahwasanya Allah bermaksud tidak menjohirkan arti ayat mutasyabihat.
3. Pentakwil tidak menjadikan ayat mutasyabihat sebagai jalan dalam menetapka hukum dan memanfaatkan bahkan para pentakwil bersikap tawakuf. Dengan demikian itu ayat mutasyabihat dengan makna perkara tasybih fih. Dan tidak membedakan salah satu dari dua sisi dengan yang lain kecuali perkiraan yang sudah rajeh itu hasil dalam bagian ayat mutasyabihat atas mengartikan Johir ayat mutasyabihat.
وما يعلم تأويله إلا الله
Tidak ada yang bisa mengetahui takwil ayat mutasyabihat kecuali Allah
Tidak ada yang mengetahui takwil ayat mutasyabihat secara hakiki kecuali Allah semata.
Telah menukil dari Ibnu Abbas R.A, sesungguhnya Ibni Abbas berkata menafsirkan Al Quran atas empat jalan
1. Tidaklah seseorang menjadi penafsir kecuali dia seorang yang pintar (tidak bodoh).
2. Penafsir harus pandai bahasa Arab dengan lisannya.
3. Penafsir harus diketahui bahwa dia ulama.
4. Penafsir tidaklah dia mengetahui kecuali Allah.
والراسخون فى العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا
Dan b yang bisa mentakwil orang-orang yang mendalam ilmunya mereka berkata " kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami".
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata kami beriman kepada kitab, bahwa tiap-tiap salah satu dari ayat muhakamat dan ayat mutasyabihat adalah dari sisi Allah.
Rasihun fil ilmi adalah orang-orang yang kenal akan Zat Allah, sifat-sifat Allah dengan dalil yakiniyah yang qat'i, dan rasihun fil ilmi mengenal sesungguhnya Al Quran kalam Allah dengan dalil yakiniyah, dan rasihun fil ilmi mengenal sesungguhnya Allah tidaklah berbicara yang bathil dan sendai gurau. Maka ketika para rasihun fil ilmi sesuatu tentang ayat mutasyabihat dan dalil yang qat'i bahwa sesungguhnya johir makna ayat mutasyabihat bukanlah yang Allah kehendaki, para rasihun fil ilmi mengetahui arti johir ayat mutasyabihat menjadi keputusan sesungguhnya maksud Allah terhadap sesuatu yang lain. Kemudian para rasihun fil ilmi memasrahkan penjelasan ayat mutasyabihat kepada ilmu Allah dan memutuskan bahwa makna ayat mutasyabihat tentang sesuatu adalah benar karena sesungguhnya Allah lah yang mengetahuinya. Dan makna ayat mutasyabihat itu sah di sisi Allah.
وما يذكر إلا أولوا الألباب
Dan tidak mengambil pelajaran kecuali orang-orang berakal.
Dan tidak mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang memiliki akal yang sempurna yang ikhlas jauh dari condong hawa nafsu yang merusak. Ayat ini sebagai pujian kepada para rasihun fil ilmi dengan kejuhudan hati dan baik pemikirannya. Dan ayat ini juga menunjukan atas tingginya akhlak para mutakalimin yang membahas dengan dalil aqliah dan mereka membahas ayat mutasyabihat dengan jalan mendekatkan diri dan ma'rifat kepada zat Allah dan sifat Allah dan afalnya Allah.
Para rasihun fil ilmi tidak menafsirkan Al Quran kecuali diakurkan dengan dalil akal dan keakuran lughah Arab. Barang siapa yang membahas Al Quran tidak memili ilmu yang mendalam seperti ilmu ushul, ilmu bahasa, dan nahwu. Meka mereka berada jauh dari Allah.
Para rasihun fil ilmi kepada semua yang Allah turunkan baik ayat muhakamat maupun ayat mutasyabihat mereka tawadhu kepada Allah dan mereka berkata
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذا هويتنا وهب لنا من لدنك رحمة أنك أنت الوهاب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar