ولكم فى القصاص حياة يااولى اللألباب لعلكم تتقون
Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu hai orang-orang yang berakal supaya kamu bertaqwa.
Bagi kamu dalam menjalankan qisas ada jaminan kehidupan karena sesungguhnya ketika seseorang bermaksud membunuh orang lain maka dia akan ingat tentang hukuman qisas dengan demikian perbuatan membunuh agan terhindar. Jadi qisas itu menjadi sebab hidupnya nyawa seseorang dan juga apabila ada sekelompok manusia membunuh terhadap seseorang maka fitnahnya akan menyebar diantara mereka. Apabila diantara mereka diterapkan hukum qisas maka selamatlah yang lainnya. Dengan demikian qisas menjadi sebab hidupnya seseorang diantara sekelompok manusia tadi.
كتب عليكم اذا حضر أحدكم الموت أن ترك خيرا الوصية للوالدين والأقربين بالمعروف حقا على المتقين
Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut. Jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat lah untuk ibu bapak dan karib kerabatnya yang baik. Ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.
Telah diwajibkan kepada kamu berwasiat kepada kedua orang tua dan kepada anak-anak , sebagaimana pendapat Syekh Abdul Rahman bin Zaed atau berwasiat kepada saudara selain kedua orang tua.
Sebagaimana pendapat Ibnu Abbas dan Syekh Mujahid berwasiatlah dengan adil dengan sekira hak mereka tidak ada keutamaan bagi orang kaya melampai dari sepertiga (1/3).
Diwajibkan berwasiat apabila telah jelas ciri-ciri kematian kepada seseorang diantara kamu seperti sakit yang ditakutkan meninggalkan harta.
Telah berkata Syekh Ashom diantara mereka ada yang berwasiat kepada budak mereka hanya karena mencari kesombongan dan ingin dianggap mulia, dan mereka meninggalkan wasiat kepada saudaranya yang memang susah lagi fakir. Karena keadaan berwasiat ada yang seperti itu maka Allah wajibkan berwasiat pada awal Islam untuk berwasiat kepada orang-orang yang lebih dekat dari segi persaudaraan dan Allah mencegah berwasiat kepada yang lebih jauh dalam segi persaudaraan. Berwasiat itu adalah hak bagi orang yang bertaqwa.
فمن بدله بعد ما سمعه فإنما اثمه على الذين يبدلونه أن الله سميع عليم
Maka barang siapa yang mengubah wasiat itu setelah mendengarnya. Maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang merubahnya. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.
Barang siapa yang merubah wasiat karena dia sebagai saksi, manakala merubahnya dengan mengingkari wasiat dari aslinya atau dengan mengurangi wasit,vatau mengubah sifat atau yang lainnya. Mengubahnya setelah dia mendengar wasiat itu maka dosa mengubah wasit ditanggung oleh orang yang mengubah wasit bukan atas orang yang berwasiat. Karena itu adalah perbuatan pendusta/penghianat dan mereka mengetahui hukum syariat.
Sesungguhnya Allah maha mendengar wasiatnya si mayit dan maha mengetahui bagi orang yang mengubahnya. Allah akan membalas si mayit dengan kebaikan. Dan Allah maha membalas kepada orang yang merubah dengan keburukan.
فمن خاف من موص جنفا أو إثم فأصلح بينهم فلا إثم عليه ان الله غفور رحيم
(Akan tetapi) barang siapa kawatur terhadap orang yang berwasiat itu berlaku berat sebelah atau berbuat dosa lalu orang itu mendamaikan diantara mereka, maka tidak berdosa baginya. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Telah membaca qiraat yang tujuh dan Imam Hamzah, Imam Kisa'i pada kalimat موص dengan Fathah huruf الواو dan tasydid huruf الصادق. Dengan pengertian barang siapa yang mengetahui dari si mayit berlaku berat sebelah jauh dari kebenaran dengan berbuat kesalahan dalam berwasiat atau sengaja condrong dalam dosa. Lalu seseorang belaku mendamaikan antara yang berwasiat dengan penerima wasit sehingga terjadi perdamaian dan berkeadilan. Maka tidaklah berdosa bagi orang yang mendamaikan karena yang berwasiat telah menukarkan dari kebatilan kepada kebenaran.
Allah telah mengampuni kepada si mayit atas kesalahannya. Dan Allah maha penyayang bagi si mayit sekiranya di mayit kepada 1/3 dan berbuat adil.
Jadi makna ayat diatas sesungguhnya si mayit apabila berbuat kesalahan atau berbuat kecurangan dalam berwasiat secara sengaja maka tidaklah berdosa atas orang yang menasehati/memberi tahu. Lalu terjadi perdamaian setelah kematian di mayit. Pendapat ini oleh Ibnu Abbas , Qatadah dan Imam Rabi'i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar