( yaitu kebiasaan mereka berpergian pada musim dingin dam musim panas)
Ada dua pergantian musim pada masa itu yaitu musim dingin dan musim panas.
Orang Qurasy melakukan berpergian diantara dua musim yaitu berpergian di musim dingin ke negeri Yaman. Dengan adanya musim dingin di Yaman maka akan terjadi musim panas di negeri Syam
Para pembesar ahli Makkah melakukan perjalanan untuk berdagang kedua negeri tersebut. Orang Qurasy mendatangi kedua negeri tersebut membawa barang dagangan sebagai kebutuhan kedua negeri tersebut berupa makanan dan pakaian
Para pedagang ( bangasa Quraisy) bertujuan mencari keuntungan juga didukung kaum Nahwa sangat memuliakan para ahli Makkah ( bangasa Quraisy) sampai kaum Nahwa menyebutnya kepada bangsa Quraisy ahli Makkah atau tetangga Baitullah atau penghuni Masjid Haram atau penguasa Ka'bah atau Ahli Allah
Kalau kaum Habsyi di dalam menyempurnakan apa yang ia cita citakan ingin menjadi pelayan ka'bah maka ia harus meninggalkan status kemuliaannya dan membuang pangkatnya diantaranya ia harus menghilangkan rasa kebesarannya dan rasa kehormatannya untuk menjadi pelayan ka'bah
Seperti kaum Nawah ketika ingun menjadi pelayan ka'bah, mereka mengorbankan diri mereka harta dan datang ke kota Mekkah ketika tentara Gajah Allah hancurkan
Pada diri kaum Nawah Allah bekali rasa mengagungkan apa yang ada di sekitar Ka'bah bahkan Allah bekali penduduk Mekkah rasa berkecukupan
Setelah kondisi seperti itu datanglah agama Islam, dengan firman Allah الم تر كيف فعل ربك باصحب الفيل dan لايلاف قريش رحلة الشتاء والصيف firman Allah surat Al Quraisy masih berkaitan dengan surat sebelumnya diantaranya firman Allah ayat فعل ربك atau firman Allah ayat فجعلهم كعصف itu semua tidaklah menjadi dalil atas kedua surat tersebut menjadi satu surat walaupun sesungguhnya Al Quran secara keseluruhan bagaikan satu surat. Dan secara keseluruhan menjadi satu ayat , antara satu ayat dengan ayat yang lain saling membenarkan, dan bagian satu ayat dengan ayat yang lain saling menjelaskan
Dan yang harus kita ketahui firman Allah Ta'ala ayat انا انزلناه masih berkaitan dengan surat sebelumnya.
Adapun Saidina Umar pernah membaca diantara dua surat menjadi satu bacaan, maka bacaan Saidina Umar tidaklah menunjukan antara ayat انا انزلناه dengan surat sebelumnya menjadi satu surat. Walaupun kalau ada imam dalam shalat membacanya dalam satu rakaat dengan dua surat maka tidaklah dikatakan satu surat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar